OPINI - Pemilu curang itu sudah bisa dipahami, persis seperti penyakit bawaan dari sononya. Jadi amsal semacam penyakit bawaan, kumatnya memang dominan menjelang Pemilu akan berlangsung. Maka itu saran Kawan saya Parto Glinding, harus dilawan dengan kecurangan juga.
Arti kecurangan yang dimaksud Parto Glinding adalah kecurangan yang boleh dilakukan oleh para pemilih ketika diguyur oleh Sembako dan tebaran amplop, termasuk menghadapi serangan Pajar. Cara terbaik adalah menerima saja semua gelontoran pemberian yang berpamrih minta dukungan itu, tapi rakyat tetap saja kekeh dengan pilihan ideal yang sudah menjadi ketetapan hati dan akal sehat sebelumnya.
Sebab selama ini kecurangan yang dihalalkan adalah dari pihak kandidat serta pendukungnya yang membabi buta. Sedangkan kecurangan dari pihak pemilih - - seperti contoh tadi, menerima semua bentuk bingkisan yang dibagikan - - tapi pilihan tetap panggah pada sosok yang telah kita seleksi dengan nalar yang sehat dan waras untuk Calon yang memang jelas akan selalu berpihak kepada rakyat.
Sikap warga pemilih - - yang memiliki suara sah untuk dapat menentukan calon pemimpin terbaiknya Indonesia pada masa depan - - sebagai rakyat yang sedang berpesta demokrasi pun tak adil dikatakan haram bila melakukan kecurangan juga. Misalnya, mengambil bingkisan sembako dan amplop yang ditebarkan itu, tapi tetap pada pilihan yang sudah menjadi ketetapan hati sebelumnya.
Agaknya, hanya dengan cara "perlawanan budaya panggah" serupa ini mereka yang curang itu akan kapok dan merasa tiwas, hingga pada kesempatan lain tak lagi hendak melakukan beragam macam kecurangan yang bisa mereka lakukan sekehendak hatinya sendiri, tanpa menenggang hati kita sebagai pemilih.
Dan ingat, sebagai pesta demokrasi selama 5 tahun sekali, sebagai rakyat pantas unjuk sikap berdaulat karena suara rakyat pun pantas untuk diyakini sebagai suara Tuhan. Dan suara Tuhan hanya rakyat yang bisa mewakili suara dari langit itu, melalui gelombang spiritual yang kukuh bersemayam di hati yang suci dan ikhlas, tidak dari penguasa yang terlanjur mabuk kekuasaan.
Baca juga:
Kisah Keluarga Buruh
|
Jadi, menghadapi Gelontoran Sembako dan serangan fajar itu, harus tenang seperti menghadapi bekal yang semakin ramai beraksi sebagai pertanda himpitan ekonomi semakin gawat. Tak perlu ditangkis dan tak usah ditolak. Sebab kalau menolak kita bisa dianggap musuh. Sementara harga beras dan minyak goreng di pasar terus bertingkah tanpa mampu dikendalikan. Lha, iya to. Semua ragam macam jenis isi sembako sudah diborong semua oleh tim sukses.
Sebab kata Karto Glinding yang mengutip nasehat kawannya, Markenun, sesekali rakyat yang curang tak apa, karena mungkin dengan cara itu mereka yang mengiming-iming dengan Sembako dan beragam bentuk bingkisan lainnya itu, pasti akan kapok, karena rakyat sudah semakin cerdas, terima angpao nya, tapi tidak ogah pilih orangnya.
Alasan Markenun yang diteruskan juga oleh Karto Glinding kemarin itu, sesekali rakyat curang, tak apa. Toh, yang dicurangi itu cuma segelintir orang yang culas. Tapi mereka yang culas itu, bisa mencurangi rakyat yang banyak jumlahnya, hanya demi kekuasaan.
Banten, 10 Januari 2024
Jacob Ereste
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa